Pages

Sunday 15 May 2011

Trik Juice Buah Tanpa Buih

Trik Juice Buah Tanpa Buih
Beberapa kali pernah saya membuat juice buah sendiri di rumah, buah yang biasa saya buat juice yaitu mangga, jambu, apel, stroberi. Lumayan juga sih rasanya...buktinya suami saya seneng2 saja minum juice buatan saya
Sayangnya saat meminum juice buatan saya itu, ada semacam buih yang berlebihan sehingga kurang nikmat ketika diminum. Kalau sudah begini saya jadi repot menyaring juice buah saya. Disamping repot karena terlalu banyak perkakas yang mesti dicuci, saya juga merasa kurang puas dengan juice yang terkesan kurang kental.
Dari beberapa kali percobaan akhirnya saya menemukan sendiri cara agar juice buah kita tidak begitu menghasilkan banyak buih. Tambahkan saja sedikit garam halus ke dalam juice sebelum di blender, insya4JJI...juice buah kita tetap kental tapi tanpa buih yang berlebihan.
Boleh juga kalau mau mencoba juice mangga dengan resep saya;
Kupas mangga dua buah lalu potong-potong, masukkan dalam blender.
Tambahkan gula pasir sesuai selera (kalau saya sih bisanya menggunakan perbandingan dengan buahnya, kalau buahnya agak masam ya gulanya lebih banyak)
Tambahkan sedikit garam halus (untuk juice yang dihasilkan sekitar 1/2 liter maka garamnya cukup 1/4 sendok teh) Jangan terlalu banyak ya nanti kalau juicenya jadi keasinan lho...
Kalo anda penggemar susu bisa pula ditambahkan susu kental manis vanilla, jangan lupa untuk menyesuaikan takarannya dengan takaran gula agar tak terlalu manis sehingga menghilangkan citarasa buah mangga aslinya.
Jangan lupa menambahkan air matang untuk memudahkan proses pemblenderan. Ukuran airnya 1:1 dengan buahnya atau terserah anda saja mau menambahkan air sesuai tingkat kekentalan yang anda inginkan.
Langkah terakhir blender bahan-bahan tersebut dengan tingkat kecepatan rendah dahulu, setelah beberapa saat baru tingkatkan kecepatannya secara bertahap. Nah kalau yang ini sih dalam rangka memperpanjang umur blendernya...
Selamat mencoba...

Monday 9 May 2011

Perubahan Makna Kata

Perubahan Makna Kata
Penyebabnya >
Perkembangan ilmu teknologi
Perkembangan sosial budaya
Perbedaan bidang pemakaian
Ada asosiasi persamaan sifat
Pertukaran tanggapan indera yang berbeda
Perbedaan tanggapan nilai rasa
Adanya penyingkatan
Adanya perkembangan istilah
Macam-macam perubahan makna kata
Ameliorasi
Yaitu perubahan makna kata yang dirasa lebih tinggi/sopan/baik nilai rasanya.
Contoh:
Tuna wicara nilai rasanya lebih baik dari pada bisu.
Pramu wisma nilai rasnya lebih baik dari pada pembantu/ jongos.
Peyorasi
Yaitu perubahan makna kata yang dirasa kurang sopan/lebih rendah nilai rasanya.
Contoh:
Gelandangan nilai rasanya lebih rendah dari pada tuna wisma.
Bui nilai rasanya lebih rendah dari pada hotel prodeo.
Catatan
Kalau saya mengajarkan pada anak didik saya dengan mengingatkan pada Amel = gadis yang cantik maka nilai rasanya lebih tinggi/sopan/baik. Sedangkan Peyorasi saya plesetkan menjadi nenek peyot = nilai rasanya lebih rendah karena nenek yang sudah peyot sudah tidak cantik lagi. Hehe...ini sih cuma sekedar pengingat agar anak didik saya tidak mudah lupa membedakan ameliorasi dengan peyorasi.
Sinestesia
Yaitu perubahan makna kata yang disebabkan pertukaran anggapan dua indera yang berbeda.
Contoh:
Sotonya Mbak Ida sedap rasanya. (indera pengecap)
Gadis berambut panjang itu sedap dipandang. (indera penglihatan)
atau
Es krim ini lembut sekali ketika sampai di lidahku. (indera pengecap)
Nyanyiannya lembut mengalun sepanjang malam ini. (indera pendengar)
Asosiasi
Yaitu perubahan makna kata karena adanya persamaan sifat.
Contoh:
Pemuda itu hanya menjadi benalu di rumah kakaknya. (benalu= pengganggu/ pengacau)
Ayah membersihkan benalu yang menempel di pohon mangga depan rumah kami. (benalu= tanaman parasit/tanaman pengganggu)
atau
Adikku mencari catut untuk mencabut paku di dinding. (catut= alat untuk mencabut paku)
Setiap pagi adikku kena catut kakak kelasnya. (catut= pungutan liar/ uang yang diminta secara paksa)
Generalisasi (Makna Meluas)
Yaitu perubahan makna kata pada zaman sekarang lebih luas daripada zaman dulu.
Contoh:
Sebagai penghormatan terakhir almarhum, Saudara dimohon berdiri. (kata saudara pada zaman sekarang dipakai untuk memanggil siapa saja yang bukan keluarga, padahal jaman dahulu hanya dipakai untuk memanggil saudara kandung/keluarga)
Mari kita jalan-jalan ke simpang lima. (zaman sekarang kata jalan-jalan bermakna pergi dengan menggunakan motor/mobil, padahal zaman dulu jalan-jalan maknanya ya berjalan menggunakan kaki)
Spesialisasi (Makna menyempit)
Yaitu perubahan makna kata pada zaman sekarang lebih sempit daripada zaman dulu.
Contoh:
Adikku sekarang ini duduk di kelas 3 sebuah madrasah di Jawa Timur. (kata madrasah zaman sekarang ini disempitkan maknanya menjadi sekolah yang berbau agama Islam, padahal zaman dulu semua sekolah dinamakan madrasah)
Saya resmi diwisuda menjadi sarjana di tahun 2008. (kata sarjana zaman sekarang lebih sempit maknanya hanya untuk orang yang sudah menempuh pendidikan tingkat strata, padahal zaman dulu kata sarjana bisa untuk memanggil siapa saja yang dirasa orang pandai ceramah/ orasi/ pandai bidang apapun walaupun hanya lulusan SR: Sekolah Rakyat atau setara SD)

Sunday 8 May 2011

KUMPULAN CERPENKU 1

RATRI

Ratri masih tertegun memandangi amplop cokelat bertuliskan vakasi. Dengan tangan bergetar, ia membuka amplop cokelat itu perlahan. Ditariknya lembaran uang seratus ribu sebanyak tiga lembar dari dalam amplop. Nominal uang yang cukup besar bagi seorang Ratri. Ia masukkan kembali uang itu ke dalam amplop. Dalam pikirannya berkecamuk banyak hal. Mau ia gunakan untuk apa uang itu? Ia tak mau mengotori dirinya dengan uang yang kalau tak mau dikatakan halal, berarti bisa dikatakan uang hasil “mencuri”. Tapi mencuri apa??? Salahkah Ratri bila menerima uang itu? Salahkah Ratri bila terpaksa menggunakan uang itu untuk membeli susu anaknya??? Kembali ingatan Ratri melayang pada kejadian 2 bulan lalu.

***

“ Bu Ratri, saya harap Ibu besok Senin datang lebih pagi dari biasanya Bu... ada tugas khusus yang harus Ibu laksanakan Bu” begitu instruksi yang ia terima dari pimpinan sekolah yang sekaligus pimpinan yayasan dimana Ratri membagikan ilmunya pada anak-anak.
“ Baik Pak. Jam berapa saya harus sampai di sekolah Pak?”
“ Ya....sekitar jam lima pagi Bu.”
“oh......(sambil berpikir apa yang akan dimandatkan padanya) , iya Pak”
Hanya itu yang bisa Ratri ucapkan sebagai tanda loyalitasnya pada pimpinan yayasan yang telah memperkenankan dia mengajar di sekolahan yang tidak begitu besar semenjak semester ganjil tahun lalu. Bagaimana ia tak berterimakasih, kalau ia tak bekerja dengan penuh ketekunan, mau dapat uang dari mana lagi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan anak semata wayangnya. Ia adalah seorang janda yang suaminya meninggal hampir setahun lalu. Suaminya yang seorang guru tak tetap itu hanya mewariskan harta yang tidak mewah di saat jaman sekarang untuk membesarkan seorang anak mereka. Ratri kembali bangkit menata hidupnya yang sempat goyah. Bermodalkan ijazah keguruan dari universitas negeri di ibukota provinsi yang dulu mempertemukan dia dengan suaminya itu, ia mulai mencari-cari sumber rejeki dari sekolah satu ke sekolah lain untuk menjadi seorang tenaga pengajar. Demi anaknya dan demi kelangsungan hidupnya. Hingga akhirnya sekolah inilah SMA BINA MORAL BANGSA yang menerimanya karena kebetulan guru perempuan yang dulu mengampu mata pelajaran bahasa inggris di sekolah tersebut diberhentikan secara tidak terhormat akibat melanggar norma sosial dan norma agama, pelanggaran berpacaran dengan salah seorang siswa sekolah inilah yang membuat murka para orang tua siswa dan akhirnya mereka berbondong-bondong mendemo oknum guru itu.
Malam Senin, Ratri tak bisa tidur karena menerka-nerka tugas apa yang hendak ia terima besok pagi sampai harus berangkat lebih awal dari biasanya. Ia memandang si kecil yang tertidur dengan pulasnya, besok pagi-pagi sekali ia harus menitipkan anaknya pada tetangga rumah yang dibayar Rp.7000,-/hari untuk mengasuh si kecil berusia tiga tahun itu mulai jam enam pagi sampai jam dua siang nanti. Harusnya minggu ini ia tak perlu mengeluarkan uang untuk menitipkan si kecil pada si mbok pengasuh, ia berpikir minggu ini ia tak perlu berangkat ke sekolah karena minggu ini ia tak mengajar lagi, siswa kelas XII yang dia ampu sedang menempuh ujian nasional mulai Senin besok. Tapi ternyata pimpinan sekolah menghendaki ia berangkat besok pagi untuk melaksanakan tugas yang diinstruksikan kepadanya. Tugas apa yang besok harus dia kerjakan ya.... akh... mungkin dia diminta membantu Bu Puji yang menjadi panitia ujian untuk menyiapkan konsumsi besok.... begitu prasangka terakhir yang ia pikirkan sebelum terlelap memeluk si kecil.

***

Senin subuh, Ratri menyerahkan si kecil dari gendongannya pada mbok Binah. Sekali lagi Ratri menciumnya. Sambil menyalakan motor butut peninggalan suaminya berwarna merah marun yang cat bodi samping kanan sudah mulai memudar dan mengeluarkan asap saat motor diajak ngebut dan nyaring terdengar suara baut yang sudah hampir lepas dari tempatnya menancap, ia masih sempat meninggalkan pesan pada mbok Binah agar membuatkan susu yang ia bawakan dalam tas si kecil. Si kecil Nakula sudah kembali terlelap nyenyak di pelukan mbok Binah. Tahun depan Ratri telah berencana memasukkan si kecil ke taman bermain walau masih dalam asuhan mbok Binah, bagaimanapun pendidikan untuk Nakula adalah prioritas utama bagi Ratri. Semoga ia mampu membesarkan dan mendidik Nakula hingga berhasil walau tanpa didampingi suaminya lagi. Hanya itu doa yang hampir setiap hari ia ucapkan dalam hati ketika ia melewati jalanan menuju SMA BINA MORAL BANGSA tempatnya mengajar.
Sampai di sekolah, Ratri memarkirkan motornya di tempat biasa. Ia melihat beberapa motor telah rapi berjajar di sana, terlihat mencolok sekali perbedaan tahun pembuatan motor Bu Ratri dengan guru maupun karyawan lainnya diantaranya motor milik Bu Puji guru kimia, motor milik Pak Busro guru agama yang merangkap menjadi waka kesiswaan, Pak Adi staf TU, serta motor beberapa guru lain, motor kepunyaan bu Ratri pemegang rekor umur tertua. Bergegas Ratri menuju kantor guru, ia tergesa karena merasa telah ditunggu rekan-rekannya. Sampai di kantor, ia melihat Bu Puji yang sedang menata kardus makan pagi untuk pengawas ujian dari sekolah lain.
“Bu Puji, ada yang bisa saya bantu Bu?” begitu Ratri menegur guru ramah yang tempat duduknya persis di depan meja Ratri.
“eeeh...Bu Ratri sudah berangkat....sudah bu, saya sudah selesai menyiapkan makan pagi untuk panitia dan pengawas luar kok bu, hanya tinggal menunggu teh manis dari pak Karjo saja kok Bu” Bu Puji menjawab seraya melemparkan senyum.
“Bu...teman-teman yang lain ke mana Bu?”
“ Itu pak Busro sama pak Adi  pegawai TU kan mengambil soal ujian di sub rayon Bu. Kalau Mas Pri sama Bu Hesti tadi saya mintai tolong membelikan air galon Bu”
“ Bu, kalau pak Jumiko sudah berangkat? ”
“ lho kan kepala sekolah ikut mendampingi pengambilan soal ujian bu...tadi juga naik mobil pak Jumiko bu”
“ saya dapat tugas apa ya bu dari pak Jumiko kok saya dimintai tolong berangkat pagi-pagi...padahal saya bukan termasuk panitia ujian Bu”
“oh, kalau itu sih nanti saja menunggu pak Jumiko Bu... saya nggak tahu Bu. Paling sebentar lagi beliau juga sampai Bu.”
Begitu saja percakapan yang berlangsung dengan Bu Puji tadi.

***

Jam dinding yang berdetak perlahan di ruang perpustakaan yang sepi itu jarum panjangnya telah menunjuk ke angka lima sedangkan jarum pendeknya ada di antara angka enam dan tujuh, ujian nasional masih satu jam lagi baru dimulai. Ratri tertegun sejenak sambil memegang soal ujian nasional mapel bahasa inggris yang baru saja ia kerjakan tak sampai satu jam saja. Ia ragu menyerahkan jawaban yang telah ia tuliskan pada sobekan-sobekan kertas kecil yang sejam lalu di berikan oleh pak Jumiko kepadanya. Ia tak tahu, ia bingung dan ia tak mengerti. Ia tak tahu dari mana pak Jumiko mendapatkan soal ujian nasional yang jelas-jelas akan diujikan pada siswanya jam setengah delapan nanti. Ia bingung kenapa ia hanya mengangguk saja tanpa berani banyak bertanya ketika ia diminta oleh pak Jumiko mengerjakan dan menuliskan jawaban soal-soal itu. Ia tak mengerti apakah ini sebuah perjuangan yang harus ia lakukan agar siswanya bisa lulus ujian, seperti yang diucapkan oleh pak Jumiko waktu itu.
Ratri bergegas menghidupkan motornya keluar dari halaman sekolah sebelum siswa dan pengawas ujian berdatangan ke sekolahnya. Seperti yang telah diinstruksikan oleh pak Jumiko pagi ini, ia telah menyelesaikan semua tugas dan menyerahkannya pada pak Adi. Selesai sudah. Walaupun sepanjang perjalanan pulang, ia masih menyimpan banyak tanya yang jawabannya tak ia temukan sampai sekarangpun. Ia hanya ingin secepatnya sampai di rumah dan memeluk Nakula-nya.

***

Hari itu telah tiba. Pengumuman kelulusan siswa di mana Ratri mengajar. Hari itu semua warga sekolah ini bersuka cita karena sekolah ini seluruh siswanya lulus dengan nilai yang baik. Ratri juga harusnya bersuka cita. Tapi entah mengapa Ratri tak kuasa membohongi nuraninya yang menangis. Di sisi lain ia melihat wajah-wajah bahagia siswanya, namun di sisi lainya ia merasa bersalah telah ikut menciptakan wajah-wajah bahagia itu. Entahlah. Mau dibawa ke mana bangsa ini, mau dibawa ke mana mereka. Betapa sulitnya mempertahankan sebuah kejujuran. Betapa sulitnya mengajari mereka sebuah kejujuran. mau jadi apakah mereka jika sedini ini mereka sudah diajari kebijaksanaan yang berpihak pada kepentingan pribadi yang dilakukan secara berjamaah.
Ratri Suryana Pertiwi seorang GTT atau sering diplesetkan Guru Tak Tentram di sebuah sekolah kecil yang mana sekolahan ini berusaha bertahan dengan sejumlah siswanya yang dibutuhkan demi berlangsungnya kehidupan sekolah ini, kehidupan semua yang bekerja di sekolah ini, kehidupan seorang Ratri yang harus berjuang menghidupi anaknya seorang diri. Ratri Suryana Pertiwi, seolah nama yang diberikan oleh orang tuanya itu, untuk kali ini nama itu tak bisa membuatnya bangga. Ratri Suryana Pertiwi, seorang wanita yang diharapkan bisa menerangi bangsa ini menerangi bumi pertiwi. Akan tetapi nama itu dirasanya terlalu berat ia sandang. Berat dirasakannya ketika ia harus memilih mempertahankan idealismenya atau memberi kebijaksanaan atas semua kesalahan yang dianggap wajar dan akan berlangsung berulang-ulang demi mempertahankan kehidupan Nakula-nya. Entahlah.

***

Ratri masih menimang-nimang amplop cokelatnya, lamunannya  tentang uang dalam amplop cokelat itu seketika buyar ketika ia mendengar Nakula menangis di kamar. Ia letakkan amplop cokelat berisikan uang yang nominalnya hampir menyamai gajinya sebulan itu. Bergegas ia menggendong Nakula yang terbangun dari mimpi indahnya di siang itu, Nakula meminta minum susu dengan suara cadelnya. Ratri menuju dapur dan melihat persediaan susu anaknya telah habis. Apa daya ini akhir bulan dan uang di dompetnya hanya tinggal lembaran-lembaran bergambar pahlawan Pattimura. Ratri melirik amplop cokelat di meja hatinya berteriak menyuruh dengan keras untuk mengembalikan saja upah kotor itu pada tuannya, sejenak suara hati itu sayup hampir tak terdengar terredam oleh suara tangis Nakula, tak tahan melihat buah hatinya menangis sekencang-kencangnya, ia akhirnya membawa isi amplop vakasi menuju toko untuk membelikan susu Nakula.

***

TRIK MEMBANGUN PE-DE

5 TEKNIK MEMBANGUN RASA PERCAYA DIRI

            Perasaan tidak percaya diri seringkali datang menghinggapi setiap orang pada umumnya. Rasa tidak percaya diri ini sebenarnya disebabkan karena kehilangan suatu kepercayaan terhadap potensi yang ada di dalam diri sendiri. Misalnya merasa tidak cantik atau tidak ganteng, merasa kurang pandai, merasa tidak terkenal, dan perasaan-perasaan negatif lainnya terhadap diri sendiri. Padahal setiap manusia itu diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk yang sempurna. Jadi sudah seharusnya setiap orang yakin bahwa dirinya memiliki potensi dan kelebihan. Semua itu tergantung pada kita sendiri bagaimana cara menggali potensi yang kita miliki. Salah satunya harus menjadi orang yang percaya pada diri sendiri.
            Membangun rasa percaya diri memang tidak semudah yang kita bayangkan apabila kita tidak mengenali diri sendiri untuk mengetahui apa kelebihan dan kekurangan yang ada dalam diri kita mesing-masing. Akan sia-sia segala potensi yang ada dalam diri kita apabila kita telah di kalahkan oleh rasa tidak percaya diri. Jadi segeralah bercermin untuk mencari potensi dan kelebihan yang ada dalam diri sendiri dan mencoba untuk menjadi orang yang lebih percaya diri. Berikut ini beberapa teknik membangun rasa percaya diri di depan umum.
1.      Berusaha duduk pada barisan paling depan
Membangun rasa percaya diri dengan duduk di barisan paling depan adalah cara yang efektif, karena duduk pada barisan paling depan otomatis kita akan dilihat oleh banyak orang di belakang kita. Selain itu duduk di barisan paling depan banyak mendatangkan keuntungan, diantaranya mendapatkan informasi lebih cepat dan jelas, serta tidak cepat mendatangkan rasa kantuk.
2.     Lakukan kontak mata saat bicara
Memandang mata lawan bicara kita merupakan bentuk "keberanian" untuk melakukan percakapan dengan penuh perhatian. Memandang mata lawan bicara secara tidak langsung akan membangun rasa percaya diri bahwa kita dapat melakukan komunikasi dengan orang lain. Memandang mata lawan bicara juga efektif untuk menjaga kesopanan agar mata kita tidak jelalatan ketika berbicara yang menunjukkan bahwa kita tidak respek dan tidak memperhatikan lawan bicara kita.
3.     Berjalan lebih cekatan
Setiap langkah kaki kita menunjukkan kemana kita akan pergi. Apabila kita ragu-ragu dalam berjalan maka akan terlihat bahwa kita ragu-ragu menentukan pilihan kemana kita akan pergi. Sebaliknya apabila kita mantap dan cekatan saat kita melangkah berarti kita telah mantap pada pilihan kita. Berjalan dengan langkah yang mantap dan cekatan menunjukkan bahwa kita telah percaya diri.
4.      Bicaralah terus terang (jangan munafik)
Bicara dengan jujur apa adanya tentang diri kita adalah salah satu cara membangun rasa percaya diri. Bicaralah secara terus terang tentang diri sendiri, bahwa kita tidak malu kalau kita misalnya bukan orang kaya. Jangan malu untuk tetap menjadi diri kita sendiri (be your self)
5.     Selalu ramah dan banyak tersenyum
Bersikap ramah terhadap orang lain dan tersenyumlah maka itu modal utama kita dalam membangun rasa percaya diri untuk bersosialisasi. Tidak ada orang yang suka melihat wajah cemberut dan orang lain pasti akan enggan menyapa kita yang sedang cemberut. Jadi mulai sekarang beramah tamahlah dan selalu tersenyum agar kita percaya diri bahwa kita memiliki kemampuan bersosialisasi dengan orang lain.
By : N1nK_RooM     
Lakukanlah sesuatu yang dapat dilakukan sekarang juga, karena menunda adalah cara termudah tapi bukanlah suatu hal yang menguntungkan bagi kita
Folded Corner: Lakukanlah sesuatu yang dapat dilakukan sekarang juga, karena menunda adalah cara termudah tapi bukanlah suatu hal yang menguntungkan bagi kita
 

MOZAIK ANTOLOGI PUISIKU 2 ---SURAT UNTUK SEORANG ayah---


Teruntuk seorang ayah,
yang tak pernah kan kurindukan
            Masih ingatkah anda…
            Ketika dua puluh tahun lalu
            telah lahir sosok bayi mungil
            tanpa cacat, tanpa cela…
            melalui perjuangan seorang IBU
            yang sungguh mulia
            Masih ingatkah anda…
            Ketika bayi mungil tak berdosa
            ditelantarkan tanpa nafkah
            tanpa sentuhan kasih seorang ayah
            Masih ingatkah anda…
            Telah dua puluh tahun lamanya
            kau gores trauma demi trauma
            dalam perjuangan hidupnya
            anak wanita tak berdaya
            yang kini tlah injak dewasa
            dengan perhiasan duka lara
Anda juga harus ingat…
Tiap jengkal bahagia
Adalah imbalan dari derita
Biarlah, ayah…
Tuhan yang kan merekapitulasi
Dosamu yang tak terampuni
Di hari pembalasan Nya nanti
                                    11:59, 14 September 2006

Saturday 7 May 2011

MOZAIK ANTOLOGI PUISIKU 1

SESAL
Hening, sunyi, senyap….
Iring alunan langkah fikirku
Malam laju mendesir dalam larut
Hempas beban kalbuku
          Sejenak pejamkan mata hatiku
          Tuk ulang hari yang tlah lalu
Buaiku dalam ketermenungan
Hati makin diam, bisu dalam keletihan
Jiwa ini merintih mengingat
Betapa waktu terbuang
Sia-sia tanpa guna
Jangan tangisi tapi perbaiki
Perbaiki esok
Agar tak lagi terpojok
Oleh sesal yang mengolok-olok
                             09:47pm, 7 Mei 2002


KAWAN

Kawan…
Dahulu saat belum jadi lawan
Kita bagai sebuah cawan
Yang diisi air tanda pertemanan
Ketika cawan itu mulai retak
Lalu kemudian pecah terserak
Sepertinya hati kita berontak
Saat mulut tak lagi keluar sapa
Tercekat terkatup rapat-rapat
Hanya hati mampu mengingat
Sgala kenangan yang tlah lewat
Bersamamu…
Kawan yang tlah jadi lawan
                                    Dendam Juni 2006

MENULIS CATATAN KAKI

Dalam melakukan penulisan ilmiah, seorang penulis harus mengetahui cara penulisan catatan kaki (footnote). Hal ini karena karya ilmiah harus didukung oleh fakta dan data yang valid, yang salah satunya dibuktikan dengan sumber, referensi, dan rujukan yang digunakan.
Catatan kaki adalah keterangan-keterangan atas teks tulisan yang ditempatkan pada bagian bawah tulisan yang bersangkutan. Catatan kaki digunakan untuk memberikan keterangan, komentar, atau menerangkan sumber kutipan yang digunakan pada tulisan tersebut.
Dengan demikian, catatan kaki dicantumkan untuk:
1.    mendukung keabsahan pernyataan penulis yang tercantum di dalam tulisannya,
2.    petunjuk sumber tulisan,
3.    memperluas pembahasan yang diperlukan, tetapi tidak relevan jika dimasukkan ke dalam teks tulisan,
4.    referensi silang (petunjuk pada karya tulis apa dan pada halaman berapa hal yang sama dibahas), dan
5.    memenuhi kode etik penulisan, dalam hal ini penghargaan terhadap karya orang lain.

Dua Jenis Catatan Kaki

Catatan kaki ada dua macam, yaitu catatan kaki lengkap dan catatan kaki singkat.
Catatan kaki lengkap adalah catatan kaki yang ditulis lengkap dengan mencantumkan:
  • nama pengarang,
  • judul buku,
  • nama atau nomor seri (jika ada),
  • jumlah jilid (jika ada),
  • nomor cetakan,
  • kota penerbit,
  • nama penerbit, 
  • tahun terbit, dan
  • nomor halaman.
Sedangkan, catatan kaki singkat adalah catatan kaki yang ditulis secara singkat, tidak selengkap catatan kaki jenis pertama. Catatan kaki singkat terdiri atas tiga macam, yaitu:
•    Ibid. 
Ibid. adalah singkatan dari ibidum, artinya “sama dengan di atas”. Ibid. dipergunakan untuk menunjukkan catatan kaki yang sumbernya sama dengan catatan kaki yang tepat di atasnya.
•    Op.cit.
Op.cit. adalah singkatan dari opere citati, artinya “dalam karya yang telah dikutip”. Op.cit. digunakan untuk catatan kaki dari sumber yang telah dikutip, tetapi telah disisipi catatan kaki lain dari sumber lain.
•    Loc.cit.
Loc.cit. ialah singkatan dari loco citati, artinya “tempat yang sudah dikutip”. Loc.cit. digunakan seperti op.cit., namun sumber yang dikutip berasal dari halaman yang sama. 

Cara Penulisan Catatan Kaki

I. Catatan Kaki Lengkap

Contoh:1Kuntowijoyo, Muslim Tanpa Masjid: Esai-Esai Agama, Budaya, dan Politik dalam Bingkai Strukturalisme Transendental (Bandung: Mizan, 2001), h. 10.   
Dari contoh catatan kaki di atas, dapat dilihat aturan penulisannya sebagai berikut: 
  • Di depan nama pengarang, diberi nomor catatan kaki yang angkanya dinaikkan ke atas (superscript).
  • Nama pengarang ditulis lengkap. Jika terdapat gelar di depan atau di belakang nama pengarang tersebut, tidak perlu dicantumkan. Jika nama pengarang itu lebih dari satu kata, maka nama tersebut tidak perlu diindeks. (dibalik). Kalau pengarangnya dua orang, maka kedua nama pengarang tersebut ditulis lengkap, tidak diindeks, serta antara nama pertama dan kedua disisipi kata “dan”. Kalau tiga orang, cara penulisannya sama, namun antara nama pertama dan kedua disisipi tanda koma (,) dan antara nama kedua dan ketiga disisipi kata “dan”.
  • Antara nama pengarang dan judul buku diberi tanda koma.
  • Judul buku ditulis lengkap dan dicetak miring (italik).
  • Setelah judul buku, diikuti (tanpa koma) kota tempat penerbit, nama penerbit, dan tahun terbit yang semuanya berada dalam tanda kurung [(…)]. Antara kota penerbit dan nama penerbit diberi titik dua (:); antara nama penerbit dan tahun terbit diberi tanda koma.
  • Di belakang tanda kurung tutup keterangan di atas, diikuti tanda koma, lalu huruf “h” yang berarti halaman, dan nomor halaman yang ditutup dengan tanda titik (.). Jika halaman yang dikutip lebih dari satu, maka digunakan huruf “hh” dan nomor halaman ditulis dari halaman pertama sampai terakhir dengan menggunakan tanda hubung (misalnya, hh. 10-25). 
IICatatan Kaki Singkat

Contoh:
  • 2Ibid., h. 30.
  • 3Kuntowijoyo, op.cit.,    h. 37.
  • 4Kuntowijoyo, loc.cit. 
Berdasarkan contoh catatan kaki ini, dapat disimak ketentuan penulisannya sebagai berikut:
  • Ibid., op.cit., dan loc.cit. ditulis italik.
  • Ibid. diikuti tanda titik, koma, dan nomor halaman.
  • Op.cit. di depannya dicantumkan nama pengarang, lalu di belakang op.cit. diikuti nomor halaman.
  • Loc.cit. sama dengan op.cit., tetapi tidak diikuti nomor halaman.
  • Aturan penulisan nomor catatan kaki sama dengan penulisan pada catatan kaki lengkap.
  • Ketentuan penulisan nama sama dengan penulisan pada catatan kaki lengkap.
  • Jika halaman yang dikutip lebih dari satu, ketentuan penulisannya, juga sama dengan penulisan pada catatan kaki lengkap. 

PERBEDAAN UNGKAPAN, PERIBAHASA, DAN GAYA BAHASA(MAJAS)


1.      Ungkapan
Ungkapan adalah satuan bahasa yang maknanya tidak sama dengan gabungan makna anggotanya. Dengan kata lain, ungkapan merupakan satuan bahasa yang maknanya tidak dapat disimpulkan berdasarkan kaidah umum yang berlaku.
Contoh :
            Dalam peristiwa itu dia menjadi kambing hitam. (bukan berarti kambing yang berwarna hitam, melainkan menjadi orang yang dituduh atau dipersalahkan)
2.      Peribahasa
Peribahasa adalah kelompok kata atau kalimat yang tetap susunannya dan biasa mengisahkan suatu maksud tertentu. Dalam peribahasa ini tercakup bidal, perumpamaan, dan ungkapan.
Contoh :
v     Tak ada gading yang tak retak
Artinya : tidak ada sesuatu yang sempurna.
v     Murah di mulut, mahal di timbangan
Artinya : banyak janji, tetapi tidak pernah ditepati.
3.      Gaya Bahasa
Gaya bahasa atau adalah pengungkapan perasaan atau pikiran dengan menggunakan pilihan kata atau kalimat tertentu. Dengan cara itu, kesan dan efek yang ditimbulkannya dapat dicapai semaksimal mungkin.
Contoh :
Majas Personifikasi : Nyiur melambai di tepi pantai.

Monday 2 May 2011

Jenis-jenis Majas

~MAJAS~
Majas merupakan pengungkapan perasaan atau pikiran dengan menggunakan pilihan kata atau kalimat tertentu.
Majas terbagi atas empat golongan, yaitu :
1)      Gaya bahasa penegasan
2)      Gaya bahasa perbandingan
3)      Gaya bahasa pertentangan
4)      Gaya bahasa sindiran
Gaya bahasa penegasan
Gaya bahasa penegasan, terdiri atas beriktu ini.
a)      Repetisi
Repetisi adalah gaya bahasa penegasan yang mengulang-ulang suatu kata secara berturut-turut dalam suatu kalimat atau mengulang-ulang suatu kata secara berturut-turut dalam suatu kalimat atau wacana.
Contoh :
Sekali merdeka tetap merdeka.
b)      Paralelisme
Paralelisme adalah gaya bahasa pengulangan seperti repetisi yang khusus terdapat dalam puisi.
Paralelisme dibagi dua :
1)      Anafora adalah pengulangan kata pada awal kalimat atau sajak.
Contoh :
sunyi itu duka
sunyi itu kudus
sunyi itu lupa
sunyi itu lampus
2)      Epifora  adalah pengulangan kata pada akhir atau di tengah kalimat.
Contoh :
oh ibu
yang kurindu adalah kasihmu
yang kudamba adalah kasihmu
aku ingin selalu bermanja
dengan kasihmu
Gaya bahasa perbandingan       
Gaya bahasa perbandingan, terdiri atas berikut ini.
1.      Hiperbola adalah gaya bahasa yang mengandung suatu pernyataan yang berlebihan, misalnya dengan membesar-besarkan suatu hal dari yang sesungguhnya.
Contoh :
              Harga minyak melambung mencekik leher rakyat kecil.
2.      Metonimia adalah gaya bahasa penamaan terhadap suatu benda dengan mempergunakan nama pabrik, merek dagang, nama penemu, nama jenis, dan lain-lain.
Contoh :
Ayah pulang pergi naik Honda..
3.      Personifikasi adalah gaya bahasa yang membandingkan benda-benda tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat seperti manusia.
Contoh :
Kelinci menari-nari di halaman berumput.
4.      Perumpamaan adalah perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berbeda, tetapi sengaja dianggap sama.
Contoh :
            Semangatnya keras bagaikan baja.
5.      Metafora adalah gaya bahasa perbandingan atau analogi dengan membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dengan cara yang singkat dan padat.
Contoh:
Ribuan ‘bunga-bunga bangsa’ Bosnia tewas di ujung senjata kaum agresor Serbia.
6.      Sinekdoke adalah gaya bahasa yang menyebutkan nama bagian sebagai pengganti nama keseluruhannya atau sebaliknya. Sinekdoke terbagi menjadi 2 yaitu :
a. Sinekdoke Pars Pro Toto yaitu gaya bahasa yang melukiskan sebagian untuk keseluruhan
Contoh :
            Wisata ke Bali per kepala dikenai akomodasi dengan harga terjangkau.    
b. Sinekdoke Totem Pro Parte yaitu gaya bahasa yang melukiskan keseluruhan untuk sebagian.
Contoh :                  
 Indonesia menang telak dalam pertandingan sepak bola melawan Malaysia.
7.      Alusi adalah gaya bahasa yang menunjuk secara tidak langsung pada suatu tokoh atau peristiwa yang sudah diketahui bersama.
Contoh :
Pulau Bali, karena keindahan alamnya yang mengagumkan, disebut sebagai ‘Pulau Dewata’
8.      Simile adalah gaya bahasa perbandingan yang bersifat implisit.
Contoh :
                        Bibirnya seperti merah delima yang sedang merekah
9.      Asosiasi adalah gaya bahasa perbandingan yang bersifat memperbandingkan sesuatu dengan keadaan lain yang sesuai dengan keadaan yang dilukiskannya.
Contoh :
                        Wajahnya pucat pasi bagaikan bulan kesiangan.
10.  Eufimisme adalah gaya bahasa perbandingan yang bersifat menggantikan satu pengertian dengan kata lain yang hampir sama untuk menghaluskan maksud.
Contoh :
Hati-hati bila berbicara di dalam hutan ini, nanti kakek dan nenek kita marah. (maksudnya harimau jantan dan harimau betina).
11.  Epitet adalah gaya bahasa berwujud seseorang atau suatu benda tertentu sehingga namanya dipakai untuk menyatakan sifat itu.
12.  Eponim adalah gaya bahasa yang dipergunakan oleh seseorang untuk menyebutkan suatu hal atau nama dengan menghubungkannya dengan suatu berdasarkan sifatnya.
Contoh :
                        Kecantikannya bagai Cleopatra.
13.  Hipalase adalah gaya bahasa yang menggunakan kata tertentu untuk menerangkan sesuatu, namun kata tersebut tidak tepat bagi kata yang diterangkannya.
Contoh :
Dia berenang di atas ombak yang gelisah. (bukan ombak yang gelisah, tetapi manusianya).
Gaya Bahasa Pertentangan
Gaya bahasa pertentangan terdiri atas berikut ini.
1.      Paradoks adalah gaya bahasa yang bertentangan dalam satu kalimat. Sepintas lalu hal tersebut tidak masuk akal.
Contoh :
      Ia merasa kesepian di kantor yang seramai ini.
2.      Antitesis adalah gaya bahasa yang menggunakan paduan kata yang artinya bertentangan.
Contoh :
      Suka duka, susah gembira kita hadapi bersama-sama.
3.      Litotes adalah gaya bahasa yang ditujukan untuk mengurangi atau mengecilkan kenyataan yang sebenarnya. Tujuannya untuk merendahkan diri.
Contoh :
      Kami harap Anda dapat menerima pemberian yang tidak berhaga ini.
4.      Oksimoron adalah gaya bahasa yang antara bagian-bagiannya menyatakan sesuatu yang bertentangan.
Contoh :
      Nuklir dapat menjadi pemusnah masal, tetapi juga dapat menyejahterakan kehidupan manusia.
5.      Histeron Prosteron adalah gaya bahasa yang berwujud kebalikan dari sesuatu yang logis.
Contoh :
      Jalan kalian sungguh sangat cepat bagaikan semut.
6.      Okupasi adalah gaya bahasa pertentangan yang mengandung bantahan, tetapi disertai penjelasannya.
Contoh :
Merokok itu merusak kesehatan, tetapi si perokok sendiri seakan tidak mau peduli dengan peringatan yang sangat baik itu.
Gaya Bahasa Sindiran
Gaya bahasa sindiran terdiri atas berikut ini.
1.      Ironi adalah gaya bahasa sindiran yang ingin mengatakan sesuatu dengan makna atau maksud yang berlawanan dari apa yang diucapkannya. Ironi merupakan gaya bahasa sindiran yang paling halus.
Contoh :
      Pagi benar kamu datang. (maksudnya kesiangan)
2.      Sinisme adalah gaya bahasa sindiran yang cara pengucapannya lebih kasar
Contoh :
      Sungguh merdu suaramu, rasanya pecah anak telingaku mendengarkannya.
3.      Inuendo adalah gaya bahasa sindiran yang mencecilkan maksud yang sebenarnya.
Contoh :
      Bisnisnya selalu sukses karena sedikit menipu.
4.      Melosis adalah gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang merendah dengan tujuan menekankan/mementingkan hal yang dimaksud agar lebih berkesan dan bersifat ironis.
Contoh :
Tampaknya kantor kecamatan tersebut membutuhkan orang sepandai Saudara. (Maksudnya dia dimutasikan ke kantor kecamatan)
5.      Sarkasme adalah gaya bahasa yang sindirannya paling kasar dalam pengungkapannya.
Contoh :
      Mulutnya berbisa bagai ular kobra
6.      Satire adalah gaya bahasa berbentuk penolakan dan mengandung kritikan (sindiran) dengan maksud agar sesuatu yang salah itu dicari kebenarannya.
Contoh :
            Sepintas lalu laki-laki itu memang seperti perampok, tetapi kita jangan tergesa-gesa menuduhnya begitu, kita harus menyelidikinya dari dekat.
7.      Antifrasis adalah gaya bahasa yang mempergunakan kata-kata yang bermakna kebalikannya dan bernada ironis.
Contoh :
Ya, kau memang orang kaya yang paling dermawan. (maksudnya orang kaya yang sangat kikir)
Gaya Bahasa Perulangan
            Gaya bahasa perulangan terdiri atas berikut ini.
1.      Aliterasi adalah gaya bahasa yang memanfaatkan kata-kata yang permulaannya sama bunyinya.
Contoh :
      Keras hati, keras kepala, sekaligus keras adat.
2.      Antanaklasis adalah gaya bahasa yang mengandung ulangan kata yang sama dengan makna yang berbeda.
3.      Anafora adalah gaya bahasa yang berujud perulangan kata pertama dari kalimat pertama menjadi kata dalam kalimat berikutnya.
Contoh :
      Hak asasi manusia merupakan hak mutlak yang wajib kita junjung tinggi dalam membangun bangsa dan negara. Hak asasi manusia itulah yang sekarang menjadi topik utama dunia internasional.
4.      Anadilopsis adalah gaya bahasa yang selalu mengulang kata terakhir atau frase terakhir dalam suatu kalimat atau frase pertama dari klausa dalam kalimat berikutnya.
Contoh :
Dalam laut ini ada tiram, dalam tiram ada mutiaranya, dalam tiram, ah tidak ada apa-apa.
5.      Asonansi adalah gaya bahasa yang berwujud perulangan bunyi vokal yang sama.
Contoh :
      Kura-kura dalam perahu. Pura-pura tidak tahu.
6.      Simploke adalah gaya bahasa repetisi berbentuk pengulangan kata pada awal atau akhir dari baris kata atau kalimat secara berturutan.
Contoh :
Kamu bilang hidup ini brengsek, aku bilang biarin.
Kamu bilang hidup ini tidak berarti, aku bilang biarin.
Kamu bilang aku tidak berkepribadian, aku bilang biarin.
Kamu bilang aku ini tidak mempunyai pengertian, aku bilang biarin.
7.      Mesodiplosis adalah gaya bahasa repetisi yang menggunakan pengulangan di tengah-tengah baris atau kalimat secara berurutan.
Contoh :
Hidup bagaikan surga kalau kita anggap sebagai surga,
Hidup bagaikan neraka kalau kita ciptakan sebagai neraka.
Namun, yang penting hidup ini bagaikan panggung sandiwara sementara.
8.      Epanalipsis adalah gaya bahasa repetisi perulangan kata terakhir pada kalimat atau klausa.
Contoh :
      Kita gunakan pikiran dan perasaan kita.
9.      Epizeukis adalah gaya bahasa repetisi yang bersifat langsung dari kata-kata yang dipentingkan dan diulang beberapa kali sebagai penegasan.
Contoh :
Kemerdekaan kita bukan hasil pemberian, tetapi hasil perjuangan, perjuangan, dan perjuangan.